Suatu saat ketika saya
silaturrahim ke tempat kakak ( anaknya Om ), Terbukalah sebuah perbincangan
Perihal Kebesaran Allah, yang isinya antara lain:
Beliau bercerita : suatu saat dia
kedatangan tamu ( sebut saja namanya fulan)
Dalam dialog tersebut fulan pun
bertanya, “katanya ALLAH itu besar bisa saudara gambarkan kebesarannya yang
bagai mana?”
Kakak , “ Kebesarannya memang tidak akan bisa digambarkan
oleh manusia, namu saya akan coba jawab sebisa saya”
Anda pernah lihat ALLAH, lanjut kakak.
Dengan polosnya fulan menjawab “ belum”
Oke, anda lihat tulisan di dinding itu, kakak sambil
menujukkan dinding dimana terdapat tulisan Allah terpajang, dan anda lihat ada
nama2 hari di kalender yg tergantung itu, lanjut kakak.
Fulan, “ iya, trus apa hubungannya dengan kebesaran Allah”
Kakak, “ begini, semoga saja penjelasan saya ini bisa anda
logika. Itu yang di dinding memang hanya tulisan tidak bisa menunjukkan
kebesaran Allah, begitu juga nama2 hari yang di kalender itu. Namun kalau saya boleh
ibaratkan sebagai contoh, nama2 hari seperti senin, selasa dst. Tidak akan
terlihat besar nama2 hari itu. Namun bukankah kalau saat sekarang ini, di sini
hari senin, di daerah bali, jawa dan sumatera juga hari senin.
Fulan, “iya, Trus?” dengan hikmat fulan mendengarkan.
Kakak, “ nah, terkadang sesuatu yang besar memang tidak
harus bisa dilihat dengan kasat mata bukti kebesarannya, seperti besarnya bumi
atau luas dan lebarnya langit. Buktinya, realiatas nama2 hari tidak terlihat
besar, namun dimana2 ada hari senin, bahkan hari senin bisa lebih besar
daripada bumi dan lebih luas daripada langit, karna dibumi hari senin
dilangitpun hari senin.
Fulan, “ ohh, masih mendengarkan dengan hikmat”.
Kakak, “ Begitu pula sedikit gambaran saya tentang kebesaran
Allah. Allah itu ada dimana-mana, bukan dalam artian tulisannya yang di dinding
itu, namun Dzatnya. Disini ada Allah, dibumi, di langit dan diseluruh Jagat
raya ini ada Allah. Kita tidak akan bisa melihat dengan kasat mata kebesarannya,
namun kita bisa logikakan seperti contoh nama2 hari tersebut dan kita bisa
merasakan dengan perasaan bathin kita.
Fulan, “ Terima Kasih anda sudah mau menjelaskan pada saya.”
Kakak, “ semoga anda bisa terima logika saya ini, syukur
anda bisa merasakannya”.
Demikian Sekelumit Cerita dari Saya.
Terima Kasih Kakak, Zaenal Arifin bin Muslam bin Usman.
Sayang sekali Njenengan sudah pergi meninggalkan kami dulu untuk menghadap
Allah. Semoga Diterima Semua Amal2 Njenengan dan diampuni semua dosa-dosa
njengan.
Sekali lagi Terima Kasih Kakak, Insya Allah kau sang pejuang
sejati.
Semoga Bermanfa'at